Yang Kurindukan dari Bali

Aku mengenang pulau itu dengan pantai-pantai birunya yang menyemai pasir berwarna seperti kulitmu — putih, cerah, tanpa cela; Orang-orang berbahasa jauh saling berbicara dengan bahasa ibunya tanpa pernah dapat menyembunyikan senyum dan mabuk mereka; Jalan-jalan yang dipenuhi para jelajah yang menggunakan telepon genggam, berpura-pura tahu segalanya tetapi tersesat pula di sudut kota; Rumah-rumah dan bangunan-bangunan tua yang tak pernah bisa lebih tinggi dari pura. Temanku berkata tidak sopan berjalan di atas kepala para dewa; Wangi-wangi dupa di pagi hari yang disajikan oleh para tetua dan ibu-ibu memakai melati di telinganya. Baunya menyengat, di mana-mana, tetapi tidak pernah lebas dari hidungku. Wanginya seperti vanilla seperti parfum lamamu, tetapi lebih alam, lebih magis, lebih rupawan di indra penciumanmu; Terik panas yang memanggang kulitku terbakar hitam legam yang esoknya mengelupas seperti ular berganti kulit. Aku terlihat seperti pria-pria malas di pinggir pantai kuta, menunggu pelanggan, lalu dibawanya pergi ke surga selama satu malam; Jalan-jalan setapak tempat anak-anak kecil menari dengan mata mereka melihat buru-buru ke segala arah lalu menyihirmu dengan senyum tergesa. Mereka memakai sandal lama dan rupa langsat, berbeda sekali. Seperti aku dapat melihat majapahit dari balik matanya; Gema-gema suara dari para penyiar agama pada setiap pagi, tengah hari, dan petang. Suaranya jauh, rendah, sayup-sayup, berdengung, damai. Menghentikan setiap gerak manusia lalu jiwa mereka lepas dipeluk leluhur sambil menangis; Rumah-rumah lama dengan pura di dekat pintu masuk. Ia dihadapkan ke timur, tempat matahari terbit, tempat gunung tinggi di pulau lahir, tempat para dewa bertinggal. Puranya terdapat tinga seringkali lima, masing-masing dibangun untuk menghormati masing-masing dewa, dan orang-orang tua yang telah meninggalkan. Jika kau kaya, puramu besar, terpisah dari rumah utama. Jika kau sederhana, ia terletak di tempat paling tinggi di pekaranganmu, sebelah timur, terserah bagaimana; Tanah-tanah paling panas di selatan dan tanah-tanah paling dingin di utara. Aku baru tahu ada tempat di Bali yang bukan laut, bukan ombak, bukan ramai, hanya doa dan dingin. Berasal dari tebing-tebing di sekitar gunung yang menjulang dengan diam di pagi dan malam hari. Ibu-ibu yang kulihat lalu kuikuti senang bangun lebih pagi dari subuh lalu berdoa dengan damai di beberapa tempat dan meninggalkan bau dupa serta asap sisa bertapa. Setiap mereka selesai berdoa, ada kabut yang jatuh dari seluruh mata angin. Seperti sihir, seperti setelah segala doa tadi malam menyangkut di langit-langit. Ia lalu jauh perlahan jadi embun yang diminum ilalang; Para penganut Hindu yang diajarkan untuk menangkup budaya lebih dari nyawanya. Tentang bagaimana berbicara dengan orang tua, dengan yang berkasta beda, berbusana, menghormati orang asing dan Tuhan yang jauh, mengajarkan kebaikan, memeluk amarah, mengandung cinta dan mengundang diam, mengalah dari apa yang tak terikat dan menang dari apa yang dekat. Seperti teman-temanku di sana yang sedang berbahagia. Aku rindu dengan segala hal itu.

Related posts:

An empowered team performs in a completely different way to how a traditional team operates. Empowering your team is replacing traditional forms of corporate hierarchy, where team members report back…

A free ebook is the most versatile type of Lead Magnet out there. This offer has historically worked well to capture leads across industries. When implementing paid advertising campaigns, a free…

Axial partners with great founders and inventors. We invest in early-stage life sciences companies often when they are no more than an idea. We are fanatical about helping the rare inventor who is…